Pengertian DZIKIR dan DO’A
DZIKIR
Dzikir dan do’a
adalah dua hal yang saling berhubugan. Dzikir sebagai sebutan dan ingat kepada
Allah merupakan pendahuluan do’a. orang dapat berdo’a bila ia menyebut nama
Allah dan ingat kepada-Nya, yang merupakan tujuan kepada siapa ia memanjatkan
do’a. dengan mulut dan hati yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo’a
tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan kehendak nama yang ia sebut
dalam dzikir.
Dzikir menempati
sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikir adalah keseluruhan
getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas ilahi. Totalitas
inilah yang mempengaruhi aktivitas hamba, gera-gerik hamba, kediaman hamba,
kontemplasi hamba, dan saat-saat hamba istirab dalam tidurnya.
Dzikir yang
memenuhi ruang-ruang kalbu kita adalah dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh
raung dan waktu. Jika waktu muncul akibat gerakan-gerakan empisi, maka dzikir
yang hakiki tidak pernah memiliki waktu, kecuali waktu ilahi itu sendiri. Waktu
yang tidak dibatasi oleh waktu kemarin, esok maupun hari ini. Yaitu waktu yang
menyatu antara waktuazali dan waktu abadi. Waktu.
Waktu kini yang disebutkan dalam
Al- Qur’an :
“Yaitu orang-orang yang
senantiasa berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri dan ketika duduk, serta
ketika tidir “(Q.S Ali ‘imran 191).
DO’A
Kata doa dalam
Al-Qur’an mempunyai beberapa pengertian. Sedangkan doa dalam pengertian
keagamaan (islam) adalah seruan, permintaan, permohonan, pertolongan, dan ibadah
kepada Allah Swt. supaya terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan manfaat.
Doa adalah kontak bathin dengan Allah sebagai perwujudan pengabdian hamba yang
tulus ikhlas kepada-Nya. Ia menjadi terkabul karena disertai oleh usaha manusia
untuk mencapainya dan tekad untuk mengikuti tuntututan Allah dalam hidup.
Inilah inti dari segala doa. Dan karena itu, tidak mengherankan bila Rasulullah
saw. bersabda bahwa doa adalah senjata orang beriman.
Doa sebagai
permintaan adalah seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakaria, yang meminta kepada
Allah supaya diberi anak cucu yang saleh. Nabi Ibrahim a.s. memuji Allah atas
dua orang putra yang diberikan kepadanya di usia senja dan ia meminta kepada
Allah supaya permintaannya dikabulkan.
Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa doa tidak saja dilakukan untuk meminta sesuatu tetapi
juga sebagai pernyataan kehambaan dan sikap penyerahkan diri kepada Allah.
Sebagaimana akidah tauhid dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang utuh dan
integral melalui pelaksanaan syariat yang akhirnya menciptakan moralitas dan
perilaku yang integral, maka doa pun dimaksudkan untuk menciptakan daya tahan
diri yang lebih tinggi. Semua itu dalam rangka menunaikan tugas suci yang
diberikan Allah kepada manusia, yakni menjadi khalifah-Nya di muka bumi.
Dalil berzikir dan berdoa
Allah telah
memerintahkan kita untuk banyak berdzikir dan berdo’a didalam Al Qur’an dan
hadist yang disampaikan Rasulullah. Sholat adalah salah satu kegiatan Dzikir
& Do’a yang diwajibkan bagi umat Islam. Diluar kegiatan sholat Allah juga
memerintahkan agar kita memperbanyak dzikir dan do’a baik ketika berdiri ,
duduk dan berbaring dimanapun kita berada. Dzikir dan do’a dapat membentengi
diri dari jeratan tipu daya syetan dan berbagai kejahatan yang selalu mengancam
dimanapun kita berada. Praktek dzikir dan do’a juga merupakan investasi
berharga bagi kehidupan dunia dan akhirat, ini merupakan usaha atau jalan untuk
mendekatkan diri pada Allah swt. Beberapa perintah agar kita berdzikir dan
berdo’a didalam Qur’an dan hadist antara lain sebagai berikut dibawah ini :
Kumpulan ayat Qur’an
Ayat ke 1 :

41- Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42- Dan bertasbihlah
kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al Ahzab 41-42)
Ayat ke 2:

205- Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu
pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. 206- Sesungguhnya
malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah
Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya lah mereka bersujud. (Al
A’raaf 205-206)
Ayat ke 3:

55- Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan
suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas. 56- Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. (Al A’raaf 55-56)
Ayat ke 4:

60- Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Al
Mukmin 60)
Hadist
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda , Allah swt
berfirman : “ Aku tergantung pada persangkaan hambaKu. Dan Aku bersamanya jika
ia mengingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam hatinya, Akupun mengingatnya dalam
HatiKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun mengingatnya dalam
suatu majelis yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekatiKu sejengkal,
Aku akan mendekatinya sehasta. Dan Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku akan
mendekatinya sedepa. Dan jika ia mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya
dengan berlari (HR Bukhari, Muslim , Ahmad)
1. Muhammadiyah
Selain itu, Tarjih juga
menyatakan agar setelah selesai shalat berjamaah, supaya jamaah shalat duduk
sebentar. Dasarnya ialah hadits Abu Hurairah berikut:
“Sesungguhhnya para Malaikat
memintakan Rahmat untuk salah seorang dari kamu selama masih duduk di tempat
shalatnya dan sebelum berhadats; para malaikat mendoakan: “Ya Allah, ampunilah
dosanya dan kasihanilah ia.”
Memang, terdapat sebuah hadis
yang dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan dzikir
dengan suara keras. Yaitu, hadist yang artinya sebagai berikut:
“Dahulu kami mengetahui selesainya shalat pada masa Nabi karena suara dzikir yang keras".
Namun demikian hadis tersebut,
dianggap bertentangan dengan al-Qur’an dan beberapa hadis lainnya.
Dalam surat Al-A’raf ayat 55 Allah berfirman:
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf: 55)
Surat Al-A’raf ayat 205:
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan
suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai. (Q.S. Al-A’raf: 205)
Dari dua ayat tersebut,
Muhammadiyah berpendapat bahwa Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar
berdoa dan berdzikir dengan merendahkan diri, dalam arti lain tidak dengan
mengeraskan suara.
- Nahdhatul Ulama
Pembahasan masalah dzikir dan tata caranya di kalangan warga NU akan kami muat
dalam tiga bagian. Petama, dzikir dan syair sebelum shalat
berjamaah; kedua, dzikir dengan suara keras setelah shalat;
dan ketiga, dzikir berjamaah (semisal istighasah. dsb) yang
diselenggarakan secara khusus.
- Dzikir sebelum Shalat Berjama’ah
Dari Sa'id bin Musayyab, ia
berkata:
“Suatu ketika Umar berjalan kemudian
bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar
menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku telah melantunkan syair di masjid
yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu.’ Kemudian ia menoleh
kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah
mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah
mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.’ Abu Hurairah lalu
menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).’ ” (HR. Abu Dawud)
- Dzikir Sesudah Shalat
Kita tahu, bahwa salah satu
tujuan dzikir adalah untuk meraih ketenangan, agar kita bisa lebih dekat dengan
Allah Swt. Untuk mencapai tujuan itu, tentu dibutuhkan dzikir yang tidak hanya
sekedar ucapan lisan, melainkan membutuhkan kesungguhan hati, dalam kata lain,
dzikir mestilah dilakukan dengan khusuk.
KH. Cholil Nafis, seorang ulama
NU menulis, dzikir harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan
hati yang khusyu' penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu'
itu diperlukan perjuangan yang tidak ringan. Cara untuk khusuk, menurutnya,
berbeda-beda setiap orang. Bisa jadi satu orang lebih khusyu' kalau berdzikir
dengan cara duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu' dan
khidmat jika berdzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara
mengeraskan dzikir atau dengan cara dzikir pelan dan hampir tidak bersuara
untuk mendatangkan konsentrasi dan ke-khusyu'-an.
Satu sisi, memang terdapat
dalil-dalil yang menyuruh ummat muslim untuk berdzikir dengan suara yang lemah
lembut, dan pada sisi yang lain terdapat pula dalil yang membolehkan untuk
berdzikir dengan suara keras. NU menganggap dalil-dalil tersebut, baik antara
al-Qur’an dengan hadist, maupun hadist dengan hadist, tidaklah saling
bertentangan, karena masing-masing memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Yakni
disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Beberapa dalil yang menunjukkan
kebolehan dzikir dengan suara keras setelah shalat antara lain hadist riwayat
Ibnu Abbas:
“Aku mengetahui dan
mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras) apabila mereka selesai
melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Adra’ juga pernah berkata:
"Pernah saya berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang
laki-laki di Masjid yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya
berkata, wahai Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya'.
Rasulullah SAW menjawab: "Tidak, tapi dia sedang mencari ketenangan."
Sementara dalil
yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan secara pelan adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Sa'd bin Malik bahwasannya Rasulullah saw bersabda:
"Keutamaan dzikir adalah yang
pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi."
c. Dzikir Berjamaah
Dalil dianjurkanya istighasah,
atau dzikir berjamaah antara lain al-Qur’an surat al-Imran ayat 191:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Rabb
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S.
al-Imran: 191)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar