Selasa, 05 Maret 2013

dzikir dan doa


Pengertian DZIKIR dan DO’A


DZIKIR

Dzikir dan do’a adalah dua hal yang saling berhubugan. Dzikir sebagai sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do’a. orang dapat berdo’a bila ia menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang merupakan tujuan kepada siapa ia memanjatkan do’a. dengan mulut dan hati yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo’a tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan kehendak nama yang ia sebut dalam dzikir.
Dzikir menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikir adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas ilahi. Totalitas inilah yang mempengaruhi aktivitas hamba, gera-gerik hamba, kediaman hamba, kontemplasi hamba, dan saat-saat hamba istirab dalam tidurnya.
Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu kita adalah dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh raung dan waktu. Jika waktu muncul akibat gerakan-gerakan empisi, maka dzikir yang hakiki tidak pernah memiliki waktu, kecuali waktu ilahi itu sendiri. Waktu yang tidak dibatasi oleh waktu kemarin, esok maupun hari ini. Yaitu waktu yang menyatu antara waktuazali dan waktu abadi. Waktu. 
Waktu kini yang disebutkan dalam Al- Qur’an :
Yaitu orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri dan ketika duduk, serta ketika tidir “(Q.S Ali ‘imran 191).

DO’A

Kata doa dalam Al-Qur’an mempunyai beberapa pengertian. Sedangkan doa dalam pengertian keagamaan (islam) adalah seruan, permintaan, permohonan, pertolongan, dan ibadah kepada Allah Swt. supaya terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan manfaat. Doa adalah kontak bathin dengan Allah sebagai perwujudan pengabdian hamba yang tulus ikhlas kepada-Nya. Ia menjadi terkabul karena disertai oleh usaha manusia untuk mencapainya dan tekad untuk mengikuti tuntututan Allah dalam hidup. Inilah inti dari segala doa. Dan karena itu, tidak mengherankan bila Rasulullah saw. bersabda bahwa doa adalah senjata orang beriman.
Doa sebagai permintaan adalah seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakaria, yang meminta kepada Allah supaya diberi anak cucu yang saleh. Nabi Ibrahim a.s. memuji Allah atas dua orang putra yang diberikan kepadanya di usia senja dan ia meminta kepada Allah supaya permintaannya dikabulkan. 
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa doa tidak saja dilakukan untuk meminta sesuatu tetapi juga sebagai pernyataan kehambaan dan sikap penyerahkan diri kepada Allah. Sebagaimana akidah tauhid dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang utuh dan integral melalui pelaksanaan syariat yang akhirnya menciptakan moralitas dan perilaku yang integral, maka doa pun dimaksudkan untuk menciptakan daya tahan diri yang lebih tinggi. Semua itu dalam rangka menunaikan tugas suci yang diberikan Allah kepada manusia, yakni menjadi khalifah-Nya di muka bumi.



Dalil berzikir dan berdoa

          Allah telah memerintahkan kita untuk banyak berdzikir dan berdo’a didalam Al Qur’an dan hadist yang disampaikan Rasulullah. Sholat adalah salah satu kegiatan Dzikir & Do’a yang diwajibkan bagi umat Islam. Diluar kegiatan sholat Allah juga memerintahkan agar kita memperbanyak dzikir dan do’a baik ketika berdiri , duduk dan berbaring dimanapun kita berada. Dzikir dan do’a dapat membentengi diri dari jeratan tipu daya syetan dan berbagai kejahatan yang selalu mengancam dimanapun kita berada. Praktek dzikir dan do’a juga merupakan investasi berharga bagi kehidupan dunia dan akhirat, ini merupakan usaha atau jalan untuk mendekatkan diri pada Allah swt. Beberapa perintah agar kita berdzikir dan berdo’a didalam Qur’an dan hadist antara lain sebagai berikut dibawah ini :
Kumpulan ayat Qur’an
Ayat ke 1 :
al-ahzab-41-42
41- Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42- Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Al Ahzab 41-42)
Ayat ke 2:
al-araaf-205-206
205- Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. 206- Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya lah mereka bersujud. (Al A’raaf 205-206)

Ayat ke 3:
al-araaf-55-56
55- Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. 56- Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al A’raaf 55-56)
Ayat ke 4:
al-mukmin-60
60- Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Al Mukmin 60)
Hadist
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda , Allah swt berfirman : “ Aku tergantung pada persangkaan hambaKu. Dan Aku bersamanya jika ia mengingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam hatinya, Akupun mengingatnya dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun mengingatnya dalam suatu majelis yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia mendekatiKu sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Dan Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia mendekatiKu dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari (HR Bukhari, Muslim , Ahmad)







1.      Muhammadiyah


Selain itu, Tarjih juga menyatakan agar setelah selesai shalat berjamaah, supaya jamaah shalat duduk sebentar. Dasarnya ialah hadits Abu Hurairah berikut:

“Sesungguhhnya para Malaikat memintakan Rahmat untuk salah seorang dari kamu selama masih duduk di tempat shalatnya dan sebelum berhadats; para malaikat mendoakan: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan kasihanilah ia.”

Memang, terdapat sebuah hadis yang dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan dzikir dengan suara keras. Yaitu, hadist yang artinya sebagai berikut:
“Dahulu kami mengetahui selesainya shalat pada masa Nabi karena  suara dzikir yang keras".

Namun demikian hadis tersebut, dianggap bertentangan dengan al-Qur’an dan beberapa hadis lainnya.
Dalam surat Al-A’raf ayat 55 Allah berfirman:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf: 55)

Surat Al-A’raf ayat 205:

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf: 205)

Dari dua ayat tersebut, Muhammadiyah berpendapat bahwa Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berdoa dan berdzikir dengan merendahkan diri, dalam arti lain tidak dengan mengeraskan suara.
  1. Nahdhatul Ulama

            Pembahasan masalah dzikir dan tata caranya di kalangan warga NU akan kami muat dalam tiga bagian. Petama, dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah; kedua, dzikir dengan suara keras setelah shalat; dan ketiga, dzikir berjamaah (semisal istighasah. dsb) yang diselenggarakan secara khusus.

  1. Dzikir sebelum Shalat Berjama’ah

Dari Sa'id bin Musayyab, ia berkata:

“Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu.’ Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.’ Abu Hurairah lalu menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).’ ” (HR. Abu Dawud)


  1. Dzikir Sesudah Shalat
Kita tahu, bahwa salah satu tujuan dzikir adalah untuk meraih ketenangan, agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Untuk mencapai tujuan itu, tentu dibutuhkan dzikir yang tidak hanya sekedar ucapan lisan, melainkan membutuhkan kesungguhan hati, dalam kata lain, dzikir mestilah dilakukan dengan khusuk.
KH. Cholil Nafis, seorang ulama NU menulis, dzikir harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan hati yang khusyu' penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu' itu diperlukan perjuangan yang tidak ringan. Cara untuk khusuk, menurutnya, berbeda-beda setiap orang. Bisa jadi satu orang lebih khusyu' kalau berdzikir dengan cara duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu' dan khidmat jika berdzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara mengeraskan dzikir atau dengan cara dzikir pelan dan hampir tidak bersuara untuk mendatangkan konsentrasi dan ke-khusyu'-an.
Satu sisi, memang terdapat dalil-dalil yang menyuruh ummat muslim untuk berdzikir dengan suara yang lemah lembut, dan pada sisi yang lain terdapat pula dalil yang membolehkan untuk berdzikir dengan suara keras. NU menganggap dalil-dalil tersebut, baik antara al-Qur’an dengan hadist, maupun hadist dengan hadist, tidaklah saling bertentangan, karena masing-masing memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Beberapa dalil yang menunjukkan kebolehan dzikir dengan suara keras setelah shalat antara lain hadist riwayat Ibnu Abbas:
“Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras) apabila mereka selesai melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Adra’ juga pernah berkata: "Pernah saya berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang laki-laki di Masjid yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya berkata, wahai Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya'. Rasulullah SAW menjawab: "Tidak, tapi dia sedang mencari ketenangan."
Sementara dalil yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan secara pelan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa'd bin Malik bahwasannya Rasulullah saw bersabda:

"Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi."

c. Dzikir Berjamaah

Dalil dianjurkanya istighasah, atau dzikir berjamaah antara lain al-Qur’an surat al-Imran ayat 191:

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. al-Imran: 191)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar