Teorema superposisi
Teorema superposisi berlaku untuk semua rangkaian linir dan
bilateral, jadi berlaku juga untuk semua rangkaian-rangkaian yang terdiri dari
R,L, dan C asal saja elemen-elemen ini linear dan bilateral. Suatu elemen
dikatakan linear bila antara tegangan pada elemen itu dan
arus yang disebabkan oleh tegangan tersebut mempunyai hubungan yang linier bila
di hubungkan pada elemen itu. Dan dikatakn bilateral bila arus atau tegangan
akan mengalir pada sama besar untuk kedua arah.
Teorema superposisi menyatakan sebagai berikut : bila suatu
rangkaian terdiri dari lebih dari satu sumber dan tahanan-tahanan atau
impedansi-impedansi linear dan bilateral, dari arus-arus yang disebabkan oleh
tiap-tiap sumber tersendiri dengan sumber-sumber lainnya dalam keadaan tidak
bekerja.
Untuk menggunakan teorema tersebut ada dua aturan yang dapat
digunakan, sehingga diperoleh besaran yang diinginkan. Aturan-aturan tersebut
adalah sebagai berikut :
Aturan 1 : suatu sumber yang tidak bekerja memiliki tegangan
nol. Ini berarti dapat diganti dengan suatu hubungan singkat (cloced circuit).
Aturan 2 : suatu sumber yang tidak bekerja dan memiliki arus
nol berarti dapat diganti dengan suatu hubungan terbuka (open circuit).
Teorema Superposisi, Thevenin, dan Norton
Posted in Elektronika
Teorema Superposisi
Teorema superposisi adalah salah satu cara pintar yang
membuat suatu rangkaian yang terlihat kompleks dijadikan lebih sederhana.
Strategi yang digunakan pada teorema Superposisi adalah mengeliminasi semua
sumber tetapi hanya disisakan satu sumber yang hanya bekerja pada waktu itu
juga dan menganalisa rangkaian itu dengan konsep rangkaian seri-paralel
masing-masing saat sumber bekerja sendiri-sendiri. Lalu setelah masing-masing tegangan dan/atau
arus yang tidak diketahui telah dihitung saat sumber bekerja sendiri-sendiri,
masing-masing nilai yang telah diperoleh tadi dijumlahkan sehingga diperoleh
nilai tegangan/arus yang sebenarnya. Perhatikan contoh rangkaian berikut ini,
kita akan menganalisanya menggunakan teorema superposisi:
Karena terdapat dua sumber pada rangkaian ini, kita akan
menghitung dua set nilai tegangan dan arus, masing-masing saat sumber 28 Volt
bekerja sendirian (sumber tegangan 7 V “mati”)
Dan dihitung pada saat sumber 7 volt bekerja sendirian
(sumber 28 V “mati”).
Saat kita menggambar ulang rangkaian seri/paralel dengan
hanya satu sumber seperti pada rangkaian di atas, semua tegangan yang lainnya
“dimatikan”, apabila sumber itu adalah sumber tegangan maka cara
“mematiikannya” adalah dengan cara menggantinya dengan short circuit (hubung
pendek).
Pertama-tama analisa rangkaian yang hanya mengandung sumber
baterai 28 V, kita akan mendapatkan nilai tegangan dan arus :
Maka dengan analisa seri-paralel
Rtotal = [R2 ||R3]- – R1 =
[(2 × 1) / (2 + 1)] + 4 = 4.667 Ω
Itotal = E / Rtotal = 28 V / 4.667 Ω = 6 A
IR2 = Itotal × (R3 / R2 + R3) = 6 A × (1 / 1+2) = 2 A
(pembagi arus)
IR3 = Itotal × (R2 / R2 + R3) = 6 A × (2 / 1+2) = 4 A
(pembagi arus)
Jadi, drop tegangan pada masing-masing resistor dapat
dihitung
VR1 = Itotal × R1= (6 A) (4 Ω) = 24 V (hukum Ohm)
VR2 = IR2 × R2 = (2 A) (2 Ω) = 4 V (hukum Ohm)
VR3 = IR3 × R3 = (4 A) (1 Ω) = 4 V (hukum Ohm)
Setelah ditentukan semua nilai arus dan tegangan saat sumber
28 Volt bekerja, berikutnya adalah menganalisa saat sumber 7 V saja yang
bekerja (sumber 28 V dimatikan dengan cara di ganti short circuit)
Analisa seri-paralel,
RT = [R1||R2] – - R3 = [(4 × 2)/(4 + 2)] + 1 = 2.333 Ω
Itotal = E/RT = 7 V / 2.333 Ω = 3 A = IR3
IR1 = Itotal × [R2 / (R1 + R2)] = 3 × [(2 / (4 + 2)] = 1
A (pembagi arus)
IR2 = Itotal × [R1 / (R1 + R2)] = 3 × [(4 / (4 + 2)] = 2
A (pembagi arus)
VR1 = IR1 × R1 = (1 A) (4 Ω) = 4 V
VR2 = IR2 × R2 = (2 A) (2 Ω) = 4 V
VR3 = IR3 × R3 = (3 A) (1 Ω) = 43V
Setelah mendapatkan nilai-nilai saat sumber bekerja
sendiri-sendiri. Kita tinggal menjumlahkannya untuk memperoleh nilai yang
sebenarnya. Namun, perhatikan polaritas tegangannya dan arah arusnya sebelum
nilai-nilai ini dijumlahkan secara aljabar.
Setelah kita menjumlahkan nilai-nilai tegangan secara
aljabar, kita dapatkan rangkaian seperti pada gambar ini:
VR1 = VR1(saat sumber
28 V menyala) + VR1 (saat sumber 7 V menyala) = 24 V + (-4 V) = 20 V
VR2 = VR2(saat sumber
28 V menyala) + VR2 (saat sumber 7 V menyala) = 4 V + 4 V = 20 V
VR3 = VR3(saat sumber 28 V menyala) + VR3 (saat sumber 7 V
menyala) = 4 V + (-3 V) = 1 V
Begitu juga dengan nilai-nilai arusnya, ditambahkan secara
aljabar, namun perhatikan arah arusnya juga.
IR1 = IR1(saat sumber 28 V menyala) + IR1 (saat sumber 7 V
menyala) = 6A + (-1 A) = 5 A
IR2 = IR1(saat sumber 28 V menyala) + IR1 (saat sumber 7 V
menyala) = 2A + (2 A) = 4 A
IR3 = IR3(saat sumber 28 V menyala) + IR3 (saat sumber 7 V
menyala) = 4A + (-3 A) = 1 A
Setelah arus-arusnya dijumlahkan secara aljabar, diperoleh
rangkaian seperti gambar berikut ini:
Begitu sederhana dan bagus bukan?Namun perlu anda
perhatikan, bahwa teorema Superposisi hanya dapat digunakan untuk rangkaian
yang bisa direduksi menjadi seri-paralel saja saat salah satu sumber yang
bekerja. Jadi, teorema ini tidak bisa digunakan untuk menganalisa rangkaian
jembatan Wheatstone yang tidak seimbang. Karena
rangkaian tersebut tidak bisa direduksi menjadi kombinasi seri-paralel.
Selain itu, teorema ini hanya bisa menghitung persamaan-persamaan yang linier.
Jadi, teorema ini tidak bisa digunakan untuk menghitung dissipasi daya, misal
pada resistor. Ingat, rumus menghitung daya adalah mengandung elemen kuadrat (P
= I2R = V2 / R). Teorema ini juga tidak berlaku apabila dalam rangkaian itu
mengandung komponen yang nilai tegangan dan arusnya berubah-ubah.
Teorema ini bisa digunakan untuk menganalisa rangkaian yang
didalamnya mmengandung sumber dc dan ac. Kita matikan sumber ac nya, lalu hanya
sumber dc yang bekerja. Setelah itu sumber dc yang dimatikan, sumber ac nya
yang bekerja. Masing-masing hasil perhitungan bisa dijumlahkan untuk memperoleh
nilai yang sebenarnya.
Review :
Teorema superposisi menyatakan bahwa suatu rangkaian dapat
dianalisa dengan hanya satu sumber bekerja pada suatu waktu, masing-masing
tegangan dan arus komponen dijumlahkan secara aljabar untuk mendapatkan nilai
sebenarnya pada saat semua sumber bekerja.
Untuk mematikan sumber, sumber tegangan diganti short
circuit (hubung singkat), sumber arus diganti open circuit (rangkaian terbuka).
Prosedur Percobaan Teorema Superposisi • Buatlah rangkaian
seperti pada gambar! Gambar 4.1 Rangkaian Superposisi dengan 2 Sumber Tegangan
• Hidupkan power supply dan set DC variable power supply pada nilai 12 V dan 10
V! • Ukur nilai arus pada masing-masing cabang dengan menggunakan amperemeter
pada skala 0-10 mA! • Catatlah nilai arus yang mengalir pada I1, I2, I3!
Perhatikan besar dan arah arus! • Sekarang putuskan sumber tegangan +12 V
(short circuit) dan sambungkan resistor R3 dan R5! Catat arus pada I`1, I`2,
I`3! Gambar 4.2 Rangkaian Superposisi dengan Sumber Tegangan 10V 12V10V 10V 0V
• Hubungkan kembali sumber tegangan +15 V, dan putuskan
sumber tegangan +12V (short circuit), hubungkan R3 dan R3! Catatlah nilai arus
I``1 , I``2 dan I``3 pada table 1.6! Gambar 4.3 Rangkaian Superposisi dengan
Sumber Tegangan 12V 4.6 Data Hasil Percobaan Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Teorema Superposisi Sumber Tegangan Hasil Pengukuran Tegangan Drop (Volt) Arus
yang Mengalir (mA) E1 E2 VR1 VR2 VR3 VR4 VR5 I1 I2 I3 0 0 0 12 10 0 10 12 4.7
Analisa Data 4.8 Analisa Perhitungan 4.9 Data Hasil Perhitungan Tabel 4.2 Data
Hasil Perhitungan Teorema Superposisi Sumber Tegangan Hasil Pengukuran Tegangan
Drop (Volt) Arus yang Mengalir (mA) E1 E2 VR1 VR2 VR3 VR4 VR5 I1 I2 I3 0 0 0 12
10 0 10 12 4.10 Kesimpulan 12V0V

Tidak ada komentar:
Posting Komentar